Jumat, 22 Oktober 2010

Memeriksa Kesehatan Payudara

Beginilah Cara Memeriksa Payudara Sendiri



Kompas.com – Banyak wanita yang langsung merasa takut begitu mendapati ada benjolan di payudaranya. Sebagian besar memilih untuk membiarkan benjolan tersebut, baik karena tidak menimbulkan sakit atau karena sengaja tak ingin memeriksakan diri karena alasan takut. Meski tidak selalu berbahaya, namun seluruh benjolan yang teraba sebaiknya dianggap serius.

"Bagaimanapun semua benjolan jangan dianggap remeh. Sebaiknya lakukan pemeriksaan sampai dinyatakan negatif kanker," kata dr.Sutjipto, Sp(B) Onk, Ketua Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta, dalam acara bincang-bincang dengan media di Jakarta, (21/10).

Tindakan deteksi kanker payudara secara dini, di mana tumor masih kecil dan belum menyebar merupakan kunci untuk bisa berhasil. Ada beberapa cara pemeriksaan yang bisa dilakukan dengan hasil yang cukup akurat. "Meski sudah ada cara deteksi yang cukup canggih, seperti MRI, namun WHO masih merekomendasikan mamografi untuk mendeteksi tumor," papar Sutjipto, ahli bedah kanker dari RS.Dharmais ini.

Bila ternyata ada benjolan yang perlu dievaluasi lebih lanjut, biasanya dokter akan meminta pemeriksaan USG atau biopsi untuk memastikan ada tidaknya sel-sel kanker yang ganas. Sekalipun hasil biopsi menunjukkan jinak, namun selama 6 bulan ke depan dokter tetap perlu memantau untuk kepastian tumbuh tidaknya benjolan itu.

Selain melakukan pemeriksaan lengkap di rumah sakit, setiap wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri untuk menemukan adanya perubahan pada payudara. Paling tidak sebulan sekali Anda harus melakukan pemeriksaan sendiri.

Kanker payudara pada umumnya tidak menimbulkan gejala, namun Anda perlu mewaspadai keluarnya cairan dari payudara. "Segeralah ke dokter jika keluar cairan spontan dari puting susu yang berwarna agak kemerahan. Hati-hati juga jika terdapat eksim yang tidak hilang di sekitar aerola," tegas Sutijipto.

Meski kanker payudara tercatat sebagai penyakit kanker mematikan nomor dua setelah kanker serviks, bila terdeteksi pada tahap awal kemungkinannya untuk sembuh mencapai 75 persen. Karena itu, jangan pernah mengabaikan perubahan pada payudara. Memeriksakan diri adalah langkah terbaik.

==============================================================================

Cara paling mudah dan murah untuk mendeteksi kanker payudara adalah dengan memeriksa payudara sendiri (sadari). Pemeriksaan dilakukan pada hari ketiga hingga kelima sesudah haid karena pada waktu itu payudara tidak begitu peka lagi atau membengkak. Namun jika Anda sudah menopause, tentukan tanggal rutin untuk melakukan sadari.

Sadari mungkin agak butuh waktu, tapi tidak sulit. Begini caranya:
- Berdirilah di depan cermin. Dengan kedua lengan di samping, perhatikan payudara apakah ada bagian yang menjadi cekung atau tertarik ke dalam. Perhatikan pula adanya perubahan ukuran. Pastikan bahwa puting payudara tidak tertarik ke dalam, kecuali memang sejak dulu sudah demikian.

- Menggunakan sabun atau krim, basahi payudara Anda. Letakkan tangan kiri di belakang kepala dan periksa payudara dengan tangan tangan. Anggaplah payudara seperti permukaan sebuah jam dan letakkan tangan kanan ke posisi pukul 12, pada bagian atas payudara.

- Dengan tiga jari (telunjuk, tengah, dan jari manis), lakukan gerakan melingkar kecil dan rasakan apakah terdapat benjolan. Pada setiap posisi lakukan sedikit penekanan ringan, sedang, dan tekanan yang dalam. Kemudian gerakkan tangan menuju pukul 1, pukul 2, dan seterusnya. Ketika Anda sudah kembali ke posisi pukul 12, geser ujung jari ke dekat puting payudara dan ulangi gerakan yang sama.

- Untuk memeriksa cairan yang keluar dari puting, buatlah bentuk V dengan ibu jari dan jari telunjuk lalu letakkan di bagian kiri dan kanan puting payudara. Tekan ke aerola dan perlahan-lahan tarik ke atas. Prinsipnya adalah lakukan pemencetan puting secara berhati-hati dan perhatikan apakah ada cairan atau darah yang keluar dari puting.

- Akhiri dengan memeriksa wilayah terdekat dengan payudara, yaitu di bawah ketiak, karena di situ juga ada jaringan payudara dan kelenjar getah benting yang mengalirkan saluran getah benting ke dalam jaringan payudara.

- Ulangi seluruh prosedur dengan menggunakan tangan kiri di payudara kanan.

Jika menemukan benjolan atau kerutan, bentuk payudara tidak simetris, puting tertarik ke dalam, kulit berubah seperti kulit jeruk, pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, peradangan atau keluar cairan dari puting, perlu diwaspadai dan segera periksakan ke dokter.

=====================================================================

Lebih Akurat Deteksi Kanker Payudara

Lakukan pemeriksaan dini agar bisa mengenali gejalanya dan mendapatkan penanganan yang lebih tepat jika terdiagnosa kanker payudara.
Cara deteksi kanker payudara bukan hanya mamografi, tetapi masih ada beberapa cara lain. Yuk, cari tahu banyak cara mendeteksi kesehatan payudara sejak dini!

Periksa sendiri

Hal yang paling mudah dilakukan adalah "sadari" atau pemeriksaan payudara sendiri. dr. Sutjipto, Sp.B(K) Onk., spesialis bedah onkologi dari Siloam Hospital, menganjurkan bagi remaja putri, sejak menginjak usia 20 tahun melakukan "sadari" secara rutin. Ini bisa dilakukan setiap kali setelah mandi dan di luar masa menstruasi.

Caranya, berdiri di depan kaca, tangan kanan memeriksa payudara kiri dan demikian pula sebaliknya. Lakukan pemeriksaan dengan meraba memutar telapak tangan seiring jarum jam dan sebaliknya berulang kali. Pastikan, tidak ada benjolan atau gronjolan di dalam payudara.

USG payudara

Adapun bagi para perempuan yang telah menginjak usia 30 tahun, lakukan USG payudara atau breast ultrasound. Caranya mirip dengan USG kandungan.
Pertama-tama, pasien diminta berbaring di atas tempat tidur kemudian bagian payudara diberikan gel. Lalu petugas medis akan menjalankan transduser ke seputar payudara untuk mendapatkan gambaran adanya tumor ataupun kista di dalam payudara.

Mamografi tak lagi menyakitkan

Ketika memasuki usia 40 tahun, Sutjipto menganjurkan untuk melakukan kombinasi kedua cara deteksi (USG dan "sadari") dengan mamografi. Mamografi sebaiknya dilakukan 3 tahun sekali untuk pasien berusia 40-45 tahun. Namun, khusus bagi yang berisiko tinggi, seperti, gemuk, belum punya anak, dan ada riwayat kanker dalam keluarga, mamografi bisa dilakukan setiap 2 tahun sekali.

Adapun ketika memasuki usia 50 tahun, mamografi bisa dilakukan 2-3 tahun sekali. Begitu pula ketika wanita telah berusia di atas 60 tahun, mamografi dilakukan sekitar 1-2 tahun sekali.

Tidak perlu takut dengan mamografi karena alat mamografi yang sekarang sudah cukup terkomputerisasi. Sistem komputerisasi ini memungkinkan penekanan secukupnya untuk mendapatkan gambaran akurat kondisi kelenjar susu.
“Jadi, tidak perlu takut sakit ataupun akan memicu kanker lebih ganas,” ungkap Sutjipto meluruskan anggapan yang salah di masyarakat.

Cara melakukan mamografi ini seperti rontgen dada. Pertama-tama, pasien diminta melepaskan berbagai aksesori logam dan pakaian serta hanya menggunakan pakaian khusus mamografi.

Untuk posisi saat melakukan mamografi, bisa dengan duduk ataupun berdiri bergantung pada peralatan yang digunakan. Kemudian salah satu payudara diletakkan di atas pelat datar dan di bagian atas ada semacam plastik yang menekan payudara ke bawah untuk meratakan. Cara ini dimaksudkan untuk memperlihatkan jaringan payudara yang akan disinar-X.

Foto-foto kelenjar payudara ini akan diambil dari berbagai sudut untuk memperoleh akurasi yang optimum. Pada mesin mamografi jenis Full Field Digital Mammography (FFDM) yang bekerja secara digital, gambar sinar-X yang didapat dapat dimanipulasi di layar komputer sehingga meningkatkan akurasi hasil foto sinar-X.

MRI lebih detail

Bila setelah dilakukan USG dan mamografi ditemukan kejanggalan, penyelidikan dilanjutkan dengan melakukan MRI (magnetic resonace imaging) terhadap payudara. Metode ini juga merupakan alternatif deteksi kanker payudara bagi perempuan di atas 40 tahun ataupun yang tidak menyukai mamografi.

Tentu saja, diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk melakukannya. Caranya, pasien disuntikkan agen kontras atau semacam cairan yang akan mengeluarkan warna. Kemudian pasien dimasukkan ke dalam lorong dan ditembakkan daya magnet yang akan menghasilkan warna tertentu pada jaringan yang telah diinjeksi agen kontras.

Pada akhirnya akan didapat gambaran struktur, bentuk dan komposisi payudara secara lebih detail bahkan bisa menangkap adanya sel yang sudah mengarah menuju kanker.

Termografi payudara

Pilihan lain pelengkap cara mendeteksi kanker payudara adalah dengan breast thermography. Berdasarkan penelitian klinis, bila dilakukan bersama dengan mamografi, sensitivitasnya akan meningkat hingga 98 persen.

Dikatakan, termografi ini relatif aman karena tidak menimbulkan radiasi, tanpa injeksi ataupun penekanan apa pun. Dengan memanfaatkan digital infra-red thermal imaging, akan didapat pola panas normal dan tak normal yang dihasilkan oleh adanya sel kanker.

Caranya, pasien cukup berdiri di depan alat termografi. Kemudian petugas akan merekam pola panas payudara. Bila terdapat warna merah (tanda suhu tinggi tak normal), maka terdapat aktivitas sel tumor. (Laili Damayanti, Hasto)

Sumber : Kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar